Dari Wayang Digital Hingga Festival Air, FIB UB Apresiasi Seniman dan Budayawan dengan Anugerah Sabda Budaya

Dosen FIB UB memberikan penghargaan kepada seniman. (Lisdya Shelly)

BACATODAY.COM – Perayaan Dies Natalis ke-15 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (FIB UB) berlangsung meriah dengan kembali digelarnya Anugerah Sabda Budaya, sebuah penghargaan yang diberikan untuk menghargai kontribusi para pelaku seni dan budaya di Jawa Timur.

Acara yang digelar pada 5 November 2024 ini tidak hanya sebagai bentuk apresiasi terhadap karya seni, tetapi juga sebagai upaya untuk menjaga dan melestarikan kekayaan budaya daerah.

Dosen Sastra Jepang FIB UB sekaligus Ketua Panitia, Yohanes Padmo Adi Nugroho menjelaskan bahwa pada tahun ini terdapat tujuh kategori penghargaan yang diberikan. Kategori-kategori tersebut mencakup seni musik, seni tradisi, seni rupa, pelestarian bahasa, serta penghargaan kepada pemerintah yang peduli terhadap budaya. Selain itu, dua penghargaan khusus diberikan untuk komunitas seni budaya dan pelestari bahasa, yang telah berperan aktif dalam menjaga kekayaan budaya lokal.

“Anugerah Sabda Budaya ini merupakan bagian dari tanggung jawab FIB UB dalam mengapresiasi segala jerih payah, karya, dan capaian para seniman dan budayawan, terutama yang berkarya di Jawa Timur. Kami sangat peduli dengan kelestarian seni budaya di daerah ini,” ujar Yohanes saat ditemui di sela-sela acara.

Sementara itu, Dekan FIB UB, Hamamah juga menekankan pentingnya penghargaan ini dalam mendukung keberlanjutan seni dan budaya. Menurutnya, selama ini para pelaku seni dan budaya sering kali tidak mendapatkan perhatian yang layak. Karya-karya seni yang pernah memukau banyak orang kadang terabaikan seiring berjalannya waktu.

“Kami sadar, karya-karya seni yang dulu luar biasa sering kali terlupakan. Tidak ada yang merawatnya, tidak ada yang mengabadikannya untuk generasi berikutnya,” ujarnya.

Untuk itu, FIB UB berkomitmen tidak hanya mengapresiasi tetapi juga mendampingi para pelaku seni budaya agar karya-karya mereka tetap relevan dan dapat dinikmati oleh masyarakat luas, khususnya generasi muda.

Sebagai bagian dari upaya pelestarian, FIB UB juga mengembangkan program digital humanities, yang bertujuan untuk mendigitalisasi berbagai warisan budaya. Salah satu contoh konkret dari program ini adalah digitalisasi wayang, serta proyek Museum Digital Bromo Tengger yang menampilkan tradisi dan upacara adat masyarakat sekitar. “Kami sudah mulai mendigitalkan wayang dan tradisi masyarakat Tengger. Ini adalah upaya kami untuk memastikan bahwa tradisi tersebut tidak hanya tetap hidup, tetapi juga dapat diakses oleh siapa saja, di mana saja,” tambah Hamamah.

Acara tersebut semakin menarik dengan hadirnya Seno Gumira Ajidarma, seorang sastrawan sekaligus budayawan terkenal, yang memberikan orasi bertajuk “Kerak-Kerak Kebudayaan”. Dalam orasinya, Seno menyoroti pentingnya pemeliharaan kebudayaan dalam menghadapi tantangan globalisasi.

“Kebudayaan kita adalah fondasi. Tanpa memahami akar budaya kita, kita akan mudah terseret arus perubahan yang datang begitu cepat,” tegas Seno.

Tidak hanya dari dunia seni rupa dan sastra, Anugerah Sabda Budaya juga melibatkan kolaborasi dengan berbagai komunitas lokal yang berfokus pada pelestarian budaya. Salah satunya adalah Sedulur Mangliawan, kelompok masyarakat yang berperan penting dalam menjaga dan melestarikan Sumber Air Wendit. Kolaborasi antara FIB UB dan Sedulur Mangliawan ini juga akan melahirkan Festival Air untuk Mangliawan, yang direncanakan untuk digelar dalam waktu dekat sebagai bagian dari perayaan dan penghormatan terhadap keberlanjutan alam dan budaya lokal.

Berikut adalah daftar lengkap penerima penghargaan Anugerah Sabda Budaya 2024:

1. Ian Antono – Seni Musik
2. Yudi Chatim – Pemerintah Peduli Budaya
3. Teater Api – Komunitas Seni/Budaya
4. Mbah Karimun (alm) – Seni Tradisi
5. Koeboe Sarawan – Seni Rupa
6. Adrian Pawitra (alm) – Pelestari Bahasa
7. Sasti Gotama – Sastra

Dalam kesempatan ini, FIB UB juga memperkenalkan digitalisasi sebagai salah satu metode untuk mempertahankan dan menyebarluaskan budaya Indonesia, serta menjadikan kebudayaan sebagai warisan yang dapat diakses oleh generasi mendatang. FIB UB tidak hanya bertanggung jawab atas pendidikan, tetapi juga berperan penting dalam menjaga identitas budaya bangsa.

Sebagai penutup, Yohanes Padmo Adi Nugroho berharap bahwa penghargaan ini tidak hanya menjadi acara seremonial semata, tetapi bisa mendorong masyarakat, terutama generasi muda, untuk lebih menghargai dan menjaga warisan budaya.

“Kami berharap penghargaan ini menjadi inspirasi bagi lebih banyak orang untuk terlibat aktif dalam dunia seni dan budaya, baik melalui karya maupun pelestariannya,” pungkas Yohanes.

Dengan penghargaan yang terus diberikan setiap tahun, FIB UB berharap dapat mencetak lebih banyak generasi yang tidak hanya cerdas dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki kecintaan dan kesadaran tinggi terhadap seni dan budaya Indonesia.

Pewarta: Lisdya Shelly
Editor: Rahmat Mashudi Prayoga