BACATODAY.COM, Surabaya – Sikap ambisius salah satu petinggi DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, SU, untuk melanggengkan kekuasaannya di internal partai berlambang banteng moncong putih membawa multiple effect ke berbagai lini.
Tidak hanya menjadi bahan pergunjingan di tubuh PDI Perjuangan, hal itu bahkan membuat salah satu petinggi Partai Golkar Jawa Timur diduga ikut melayangkan ‘sindiran’. Tentu sangat memilukan ketika problematika internal partai disinggung oleh partai lain.
Salah satu narasumber terpercaya yang enggan disebutkan namanya bilang, akrobat politik yang dilakukan SU ini membuat PDI Perjuangan Jatim gaduh. Beberapa faktor dibeberkannya.
“Berawal dari kekecewaan dia (SU, red), yang akumulatif. Pertama atas merosotnya perolehan suara dia di Malang Raya. Kedua diperparah dengan fakta kekalahan suara kakak kandungnya di Kota Malang. Ketiga suara caleg yang notabane satu gerbong dengan dia juga tak tertolong. Maka sempurnalah kekecewaan itu,” katanya, Sabtu (9/4/2024).
Menurut pandangan narasumber itu, SU merupakan tipikal politisi yang berkarakter personalization. “Semua dia bikin personal. Kader partai dia ‘bonsai’ menjadi semacam relawan dia, semua harus nurut apa kemauannya, dengan demikian mekanisme yang terbangun di partai tak berlaku. Intinya semua harus menurut sama dia,” ungkapnya.
Lebih jauh, ada contoh ketika salah satu Ketua DPC PDI Perjuangan di Malang Raya tidak mau mengikuti arahan SU untuk meloloskan suara kakanya. SU tidak segan melakukan akrobat politik dengan cara mengkonsolidir caleg-caleg di dalam ‘gerbong’-nya.
“Gerbong dia yang gagal memenangkan hati rakyat, berteriak seolah terjadi kanibalisme dalam caleg PDI Perjuangan di Malang Raya. Sesuatu yang tidak tepat menurut kita,” jelasnya.
Sebagai elit PDI Perjuangan Jatim, SU tentu memiliki kuasa untuk mewujudkan ambisinya. Hal itu yang kemudian sangat disayangkan sejumlah kader.
“Jabatannya sebagai elit partai di level provinsi, alih-alih seharusnya memayungi semua kader, tapi jabatan itu dia gunakan sebagai pemecah-belah kader dengan surat Instruksi DPD yang dia tanda tangani. Surat itu sebagai tanda bahwa ruang pengaduan telah dibuka, sekaligus ruang pembantaian terhadap kader-kader PDI Perjuangan yang dianggap tidak loyal terhadap dia,” bebernya.
Adapun surat yang dimaksud yaitu nomor 2391/IN/DPD/II/2024, perihal instruksi, tertanggal 26 Februari 2024 dan ditandatangani Ketua serta Sekretaris DPD PDI Perjuangan Jatim. Penerbitan surat itu dinilai bertentangan juga dengan DPP PDI Perjuangan.
“SU cuek dengan mengabaikan surat DPP. Bahkan sekalipun surat yang dia keluarkan menjadi bahan cibiran partai lain, baginya yang penting dia berhasil menjadikan dirinya sebagai despot elektoral, untuk mengendalikan penuh PDI Perjuangan, khususnya di Malang Raya,” ungkapnya.
Terakhir, apa yang dilakukan SU tersebut sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang ditanamkan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.
“Memang hebat jika dia berhasil mengendalikan penuh PDI Perjuangan di Jawa Timur, khususnya Malang Raya. Akan tetapi ini bukan soal hebat saja, tapi jika disandingkan dengan tujuan dan masa depan pengkaderan PDI Perjuangan, apa yang dilakukannya bertentangan dengan norma democratic attitude (sikap demokratis, red) dan kwalitas democratic skill (ketrampilan demokrasi, red), sebagaimana nilai-nilai yang ditanamkan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan selama ini,” pungkasnya.
Hingga berita ini ditulis, upaya untuk konfirmasi kepada SU masih menemui jalan buntu. (*)