BACATODAY.COM – Hotel Ijen Suites menjadi saksi dari kegiatan Focused Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh Universitas Ma Chung, sebagai bagian dari Hibah Pendampingan UMKM. Acara ini menampilkan pemilik UMKM O’o Suwaru, Endang Tri Pujiastuti, dan Agus Hari Purnomo, serta staf dari Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, Malang, belum lama ini.
O’o Suwaru, sebuah UMKM yang berbasis di desa Peniwen, Kabupaten Malang terkenal dengan produksi keripik olahan buah, seperti salak, nangka, pisang, dan nanas. Sebagian besar produksi dari UMKM ini dijual melalui distributor di Malang maupun Surabaya untuk kemudian hadir dalam berbagai merek. Namun, O’o Suwaru juga memiliki mereknya sendiri yang dijual secara terbatas melalui galeri UMKM.
FGD ini menjadi wadah bagi pemilik O’o Suwaru untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan pemahaman lebih dalam mengenai proses produksi yang berkelanjutan. UMKM yang telah beberapa tahun menjadi mitra tim peneliti di Universitas Ma Chung ini terbilang aktif berbagi dan berinovasi. Endang Tri Pujiastuti yang akrab disapa Tutut ini dan Agus bahkan sering diminta hadir untuk menjadi narasumber pelatihan bagi UMKM tidak hanya di wilayah Malang namun juga di wilayah lain Jawa Timur.
Hibah Pendampingan UMKM ini merupakan inisiatif dari Universitas Ma Chung, yang berhasil diperoleh dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Tim lintas disiplin yang terlibat dalam program ini terdiri dari Stefanus Yufra Menahen Taneo (Magister Manajemen Inovasi), Santri Widyaningrum (Manajemen), Sunday Noya (Teknik Industri), Melany (Sastra Inggris), dan Aditya Nirwana (Desain Komunikasi Visual).
Tim lintas disiplin ini mencoba menggali permasalahan dari berbagai aspek. Hal ini diperlukan karena permasalahan nyata di lapangan bisa beragam dan melihatnya dari satu disiplin saja tidak akan cukup. Oleh karena itu, dibutuhkan berbagai kacamata untuk melihatnya, mulai dari bidang ekonomi dan bisnis, humaniora, hingga Teknik.
Tujuan utama dari FGD dan program hibah ini adalah untuk meningkatkan proses produksi O’o Suwaru, salah satu UMKM dampingan dari tim hibah Universitas Ma Chung. Betul saja, dalam sesi diskusi, terungkap beberapa permasalahan yang dihadapi O’o Suwaru, termasuk kesulitan dalam mendapatkan buah sesuai standar dalam jumlah yang memadai untuk memproduksi keripik dengan kualitas yang diinginkan.
Dikatakan Stefanus Yufra, FGD ini diharapkan bisa mengurai simpul yang selama ini masih menjadi penghambat dalam proses produksi O’o Suwaru.
“Meskipun pasarnya sudah sangat luas, tetap tidak bisa dipungkiri bahwa ada hal-hal yang menghambat O’o Suwaru mencapai titik yang semestinya bisa mereka capai,” tuturnya.
Salah satu permasalahan kritis yang diungkapkan adalah ketiadaan asosiasi pedagang buah di Malang yang dapat memastikan kestabilan persediaan dan harga. Seperti diungkapkan Diana, salah seorang peserta FGD yang menyatakan bahwa di Malang selama ini belum ada paguyuban asosiasi pengepul buah. “Ini berbeda dengan di Yogya, misalnya, di mana terdapat pengepul salak untuk memenuhi berbagai kebutuhan salak,” ucapnya.
Ketiadaan asosiasi ini berdampak pada kualitas buah yang diterima oleh O’o Suwaru, karena biasanya grading atau pengelompokan kualitas buah dilakukan oleh pengepul. Mayoritas upaya dalam mendapatkan buah dilakukan secara langsung kepada petani atau pekebun, yang seringkali menghadapi ketidakstabilan persediaan.
Pada musim-musim tertentu jumlah persediaan dari pekebun bisa sangat tinggi dan harganya menjadi rendah. Namun, ada kalanya juga buah sangat sedikit dan akhirnya harganya menjadi mahal. Tentu saja hal ini tidak mudah disiasati karena harga produk keripik tidak bisa begitu saja dinaikkan atau diturunkan.
“Ketiadaan pengepul buah juga berhubungan dengan kualitas karena grading atau pengelompokan kualitas buah biasanya dilakukan oleh pengepul. Upaya mendapatkan buah dilakukan secara langsung kepada petani atau pekebun,” ujar Tutut, pemilik O’o Suwaru.
Ketidakstabilan persediaan buah juga menjadi kendala dalam proses pengolahan. Ada kalanya jumlah buah sangat banyak dan harus diolah dalam waktu cepat. Singkatnya waktu pengolahan ini berhubungan dengan proses pengerjakan dan kualitas yang didapatkan.
Sebagai contoh, untuk salak, proses pengupasan harus dilakukan dalam waktu kurang dari tiga hari setelah buah diterima. Jika tidak, kulit buah akan mengeras, membuat proses pengolahan menjadi lebih sulit. Padahal, ada kalanya jumlah salak yang diterima bisa sangat banyak sementara jumlah tenaga yang mengerjakannya tetap sama. Kendala ini berhubungan dengan keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh UMKM seperti O’o Suwaru.
FGD ini merupakan wadah untuk mengidentifikasi permasalahan sekaligus untuk mencari solusi bersama dan memberikan rekomendasi yang dapat meningkatkan keberlanjutan O’o Suwaru sebagai UMKM. Sebagaimana lazimnya sebuah usaha, O’o Suwaru ingin terus bisa berkembang dan menjadi usaha yang bisa memberikan sumbangan berarti bagi perekonomian Kabupaten Malang.
Tim dari Universitas Ma Chung berkomitmen untuk memberikan dukungan berkelanjutan kepada O’o Suwaru dan UMKM lainnya melalui program hibah ini. Tampaknya, hal itu juga selaras dengan yang dicita-citakan oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan. Dengan melibatkan tim lintas disiplin, diharapkan solusi yang holistik dapat ditemukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan O’o Suwaru dan pada akhirnya juga UMKM di Kabupaten Malang dan sekitarnya.
Pewarta : Nedi Putra AW