Lawan Radikalisme Lewat Literasi: BNPT dan UIN Syekh Nurjati Bedah Buku ‘Tercerahkan dalam Kedamaian’

Direktur Penegakan Hukum BNPT Brigjen Pol Sigit Widodo, S.I.K., saat memberikan sambutan di acara bedah buku di UINSSC. (ist)

BACATODAY.COM — Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggandeng Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon (UINSSC) dalam upaya melawan radikalisme melalui literasi, dengan menggelar acara Bedah Buku Seri Tercerahkan dalam Kedamaian pada Senin (16/6/2025).

Direktur Penegakan Hukum BNPT, Brigjen Pol Sigit Widodo, S.I.K., menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk kolaborasi strategis antara lembaga negara dan perguruan tinggi untuk menghambat penyebaran paham ekstremisme berbasis literatur.

“Proses radikalisasi kerap diawali dari bacaan. Dalam banyak pengungkapan kasus terorisme, ditemukan buku-buku bermuatan ekstrem dalam jumlah besar. Ini menjadi bukti kuat bahwa literatur berperan besar dalam membentuk ideologi kekerasan,” ungkapnya.

BNPT sendiri telah mengkaji 15 buku yang kerap menjadi rujukan kelompok teroris. Dari kajian itu, lahirlah dua buku reflektif dan edukatif: Tercerahkan dalam Kedamaian: Secercah Kisah Mantan dan Tercerahkan dalam Kedamaian: Menggali Akar Radikal Terorisme di Indonesia, yang kini dijadikan senjata kontra-narasi terhadap paham radikal.

“Kalau buku bisa menyebarkan kebencian, maka buku juga bisa menyebarkan kedamaian. Inilah yang sedang kami lakukan,” tambah Brigjen Sigit.

Rektor UINSSC, Prof. Dr. H. Aan Jaelani, M.Ag., menyatakan dukungannya terhadap kegiatan ini. Ia menilai bahwa literasi ilmiah menjadi instrumen penting dalam membentengi generasi muda dari pengaruh ideologi kekerasan.

“Kampus adalah ruang yang tepat untuk melawan radikalisme dengan pendekatan intelektual. Melalui buku dan kajian ilmiah, kita bisa menguatkan nilai-nilai kebangsaan dan keislaman yang damai,” tegasnya.

Lebih lanjut, Prof. Aan menekankan pentingnya menggali nilai-nilai lokal seperti spiritualisme dan multikulturalisme khas Cirebon sebagai fondasi perlawanan terhadap paham radikal.

“Cirebon sejak awal berdiri dibangun atas dasar nilai spiritual dan kebhinekaan. Itu warisan yang sangat kuat untuk kita tarik ke masa kini sebagai benteng melawan terorisme,” pungkasnya.

Acara bedah buku ini diharapkan menjadi pintu masuk gerakan literasi damai yang melibatkan civitas akademika dalam melawan radikalisme secara menyeluruh. (him/rmp)